Berdasarkan RISKESDAS RI 2013, prevalensi hipertiroid di Indonesia adalah 0,6% pada wanita dan 0,3% pada pria dari total penduduk indonesia. Penyebab tersering kondisi hipertiroid adalah graves disease, struma multinodusa toksik dan adenoma toksik.
Penyakit hipertiroid adalah salah satu bentuk dari tirotoksikosis yang disebabkan oleh peningkatan sintesis dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Sederhananya, kondisi ini diartikan dengan dimana produksi hormon tiroksin menjadi berlebihan daripada yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga berpengaruh pada kecepatan metabolisme tubuh.
Tirotoksikosis adalah timbulnya gejala dan tanda klinis akibat peningkatan kadar hormon tiroid di peredaran darah. Dapat disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar tiroid, destruksi folikel tiroid yang melepaskan hormon tiroid ke peredaran darah atau akibat konsumsi hormon tiroid yang berlebihan. Seluruh mekanisme diatas mengakibatkan kadar hormon tiroid meningkat.
Tidak semua tirotoksikosis disebabkan oleh hipertiroid, namun hipertiroid merupakan salah satu bentuk tirotoksikosis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan. Namun tidak semua tirotoksikosis menjadi hipertiroid.
Penyakit graves merupakan penyakit autoimun organ spesific yang ditandai dengan adanya antibodi yang merangsang produksi hormon tiroid secara berlebih. Hampir semua pasien penyakit Graves mempunyai autoantibodi yang berikatan dengan reseptor TSH (TSH Receptor Antibody=TRAb). TRAb berkompetisi dengan TSH Hipofisis mengakibatkan sintetis dan sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Oleh karena itu, TRAb digunakan untuk menegakkan diagnosa penyakit tiroid autoimun.
Tidak semua kondisi hipertiroid menunjukan adanya benjolan. Sehingga pemeriksaan fungsi dan struktur tiroid harus tetap dilakukan. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosis kondisi hipertiroid adalah melalui pemeriksaan fisik dan gejala, pemeriksaan laboratorium, thyroid scan dan usg leher. Bila didapati ada benjolan atau nodul yang mencurigakan disaranakan untuk melakukan Fine Needle Aspirasion Biopsy (FNAB)
Untuk mendapatkan perawatan yang tepat maka harus didapatkan diagnosa yang jelas juga.
Pada dasarnya pengobatan untuk hipertiroid bertujuan untuk mengurangi produksi hormon tiroid. Seharusnya setelah 2 tahun pasca pemberian obat anti tiroid pasien akan memasuki masa remisi, namun jika hipertiroid tidak membaik maka disarankan untuk memilik opsi pengobatan lain. Secara umum pemilihan terapi atau pengobatan untuk hipertiroid mempertimbangkan keadaan, kondisi penyakit dan usia pasien. Jadi tidak ada pengobatan terbaik untuk hipertiroid karena harus disesuaikan dengan ketentuan diatas.
Sebagai salah satu dari penyakit kronis, tidak ada istilah sembuh pada penyakit tiroid. Tujuan dari pengobatan adalah supaya pasien dapat sehat dan mendapatkan kualitas hidupnya kembali. Karena hipertiroid yang tidak tertanangi dapat menimbulkan komplikasi berbahaya seperti krisis tiroid, atrial fibrilasi dan osteoporosis.
Konsultasi dengan dokter secara rutin jika sedang mengalami gejala hipertiroid, atau baru mengetahui kalau memiliki kondisi ini. Dokter akan memantau perkembangan penyakit dan respon tubuh terhadap pengobatan.