Penyakit tiroid merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon tiroid dalam tubuh. Produksi hormon tiroid berlebihan dapat menyebabkan timbulnya penyakit Hipertiroidisme dan produksi hormon tiroid rendah dapat menyebabkan timbulnya penyakit Hipotiroidisme.1 Penyakit-penyakit ini dapat dideteksi dini, sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut. 

Hipertiroidisme 

Penyebab tersering dari hipertiroidisme adalah penyakit Grave (Grave’s disease) dan Goiter Toksik Noduler. 

Penyakit Grave merupakan suatu kelainan autoimun yang menstimulasi produksi hormon tiroid berlebihan, dengan angka insiden penyakit 20-30 kasus per 100,000 orang per tahun, dan seringkali diderita oleh wanita. Insiden tertinggi penyakit Grave diderita oleh pasien berusia 30-60 tahun.2 Kelainan pada kelenjar hipofisis dan penggunaan obat seperti pil yodium, amiodaron dan interferon, juga diperkirakan dapat menyebabkan timbulnya penyakit hipertiroidisme.3 

Faktor risiko Hipertiroidisme yaitu 2,3

- Jenis kelamin perempuan 

- Usia diatas 60 tahun 

- Wanita hamil 

- Memiliki riwayat penyakit autoimun sebelumnya 

- Riwayat penderita penyakit tiroid atau penyakit autoimun dalam keluarga - Riwayat gangguan tiroid sebelumnya 

- Konsumsi yodium dalam makanan atau obat 

Gejala yang dapat dirasakan berupa rasa berdebar, hiperaktif, gelisah, mudah merasa panas, gemetaran dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.4 

Hipotiroidisme 

Hipotiroidisme atau kondisi hormon tiroid yang kurang aktif, terjadi karena kelenjar tiroid tidak cukup memproduksi hormon tiroid sehingga proses metabolisme dalam tubuh melambat. Penyebab tersering hipotiroidisme adalah kekurangan yodium dan adanya kelainan autoimun kronis (Penyakit Hashimoto). Penyakit hashimoto diperkirakan dialami 5-10 kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria.5 

Faktor resiko Hipotiroidisme yaitu3,5

- Jenis kelamin perempuan 

- Usia diatas 60 tahun 

- Etnis Kaukasia atau Asia 

- Paparan radiasi pada area leher sebelumnya

- Memiliki riwayat operasi pada kelenjar tiroid 

- Riwayat dalam keluarga ada yang menderita penyakit tiroid atau penyakit autoimun - Riwayat gangguan autoimun sebelumnya, seperti diabetes tipe I 

- Riwayat menderita penyakit anemia pernisiosa 

- Konsumsi yodium dalam makanan atau obat 

- Perubahan hormon karena hamil, melahirkan atau menopause 

- Konsumsi obat litium (seringkali digunakan pada kondisi gangguan bipolar) dan amiodaron 

- Memiliki kelainan kromosom seperti Down Syndrome atau Sindrom Turner - Memiliki abnormalitas kelenjar tiroid dari hasil pemeriksaan fisik 

Keluhan yang dirasakan bervariasi berupa mudah merasa lelah, sensitif terhadap suhu dingin, rambut rontok, kenaikan berat badan, lamban dalam beraktivitas dan berpikir.4 

Kapan Melakukan Skrining Penyakit Tiroid ? 

Jika sebelumnya Sahabat memiliki keluhan yang berkaitan dengan penyakit tiroid, seperti depresi, cemas, mudah merasa panas atau kedinginan, perubahan mendadak pada berat badan, dan memiliki riwayat penyakit autoimun maka perlu melakukan pemeriksaan skrining untuk mendeteksi Penyakit Tiroid.3 

Apabila sebelumnya tidak ada keluhan, maka rekomendasi melakukan pemeriksaan skrining dilakukan pada pria dan wanita berusia di atas 35 tahun yang dapat dilakukan tiap 5 tahun sekali.5 

Pemeriksaan skrining ditujukan untuk orang yang memiliki faktor risiko maupun pada orang tanpa keluhan apapun, yang bertujuan untuk mencegah kerusakan dari kelenjar tiroid lebih lanjut. Pemeriksaan skrining dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormone).4 

Deteksi dini merupakan kunci penting sebab dapat mencegah masalah kesehatan yang lebih lanjut, dan jika ada kelainan maka dapat ditangani dengan lebih baik.

Categories: Artikel